Minggu, 04 Januari 2009

Review Komik KambingJantan Book 1



Inovatif dan Kreatif,
Sayangnya Semi-Autobiografis


Gue suka banget sama komiknya, seperti karya Dika yang sebelumnya, yang satu ini tetap seru dan lucu. Keseluruhan, great job! Idenya adaaa aja gitu ya bikin komik. Inovatif, karena setau gue belum ada komik yang diangkat dari kisah hidup seseorang. Selain itu, komik ini sangat khas akan gaya bercerita Raditya Dika. Yap, overall, your first comic is a very great job! Gue satisfied.

Pertama, mulai dari cerita dan gambarnya. Match banget. Saling melengkapi dan bukan hanya itu, gambarnya lucu banget. Kocak. Udah gitu ekspresinya pas. Mulai dari yang lagi cengok sampe yang terharu bergaya lebay, semua ada. Tiap-tiap ekspresi bisa kelihatan banget bedanya. Gue salut sama Dio sang ilustrator. Dengan ngutak-atik gambar mata, alis, bibir, gigi, dan bagian-bagian muka lainnya, sejuta ekspresi bisa tercipta. Keren.

Bukan berarti cuma salut sama Dio lho, tapi gue tentunya juga terpesona sama Dika. Gue juga terkagum-kagum sama cerita kocaknya. Ga diragukan lagi kekonyolannya, gue udah percaya banget untuk yang satu ini sejak dulu. Cerita dalam komik ini ga pasaran dan ga mudah ditebak endingnya. Tau-tau pas ketahuan endingnya, gue udah ngakak dengan nista. Terutama cerita yang berjudul The Rambut of Gaul, gue bener-bener ga nyangka kalo ternyata Dika dimirip-miripin sama anjing terrier. Ekstrim.

Next, mengenai kaver komik. Sip deh. Gada yang bikin gue ga puas di bagian kavernya. Seluruh bagian kaver terpoles dengan oke. Kavernya yang timbul-timbul gitu gue suka. Ilustrasinya juga udah bagus, apalagi tampangnya Dika di kaver depan, sangat merefleksikan kebodohan yang terkandung di dalam komik. Sesuai dengan judulnya, KambingJantan--sebuah komik pelajar bodoh.

Sekeren apapun komik ini, masih belum perfect. Gue agak terganggu sama konsep semi-autobiografis yang diterapkan dalam komik ini. Terganggu? Iya, tapi bukan gara-gara ada kambing berkelamin jantan keluar dari komik ini menggentayangi gue tiap malem kok. Gue terganggu karena ngerasa ada yang mengganjal di hati dan pikiran gue ketika membaca komiknya, karena gue sadar bahwa komik ini bukanlah 100% diangkat dari kisah nyata dalam kehidupan penulis kesayangan gue ini. Kalo diliat dari maksud untuk menjadikan komik pertama dari Dika dan Dio ini se-perfect mungkin, bagus juga sih ide untuk sedikit banyak mengada-ada cerita yang sesungguhnya tidak terjadi. Akan tetapi, gue ngerasa ga sreg aja. Gue ngerasa harus tau kisah aslinya, gue pengen yang murni non fiksi. Mungkin ini naluri pengidola berat kambing, ya? Ingin selalu tau apapun tentang kambing, semua yang nyata tentang kambing. Jadi, bukan yang ada bohong-bohongannya. Ayo dong, di book 2 nanti, dibikin murni kisah nyata ya?!

Meskipun begitu, gue setuju sama gaya lebay yang diterapkan pada komik kambingjantan, baik cerita maupun gambarnya. Kelebayan dalam komik ini sangat mendukung perolehan hasil yang maksimal untuk menciptakan kesan gila, lucu, kocak, konyol, dan bodoh. Ga lebay, ga seru! Lagipula, dengan berlebay-lebayan, bukan berarti mengurangi keaslian cerita. Pembaca pasti bisa ngerti lah mana yang lebay dan mana yang engga.

Penyusunan buku juga udah oke. Kayak di komik-komik lainnya aja kan, terdiri atas beberapa subjudul gitu. Udah oke kok. Hanya aja, porsinya kurang. Hehe. Cuma ada 6 subjudul kan yah? Hem, tambahin dong dika, dio. Sampe setebel komik Nakayoshi gitu lah kira-kira. Biar tambah mantap dan kenyang bacanya. Gue baca seakan-akan gue lagi makan nasi padang dengan nasi setengah porsi. Meskipun terbilang lezat, namun porsinya minim banget. Kenyang juga engga. Bandingkan dengan kalo kita makan dengan nasi seporsi penuh, udah lezat, kenyang pula. Gapapalah harganya mahalan dikit, kan demi kepuasan juga. Dikit aja tapi lho, jangan keberatan harga juga. Secara, ongkos produksinya ga akan jauh beda kan dengan menambah jumlah halaman? Bener ga sih? Yap, semoga bener lah ya. Oya, dika kan jago bikin cerita, dan dio juga jago bikin ilustrasi komik, bahkan pas jam pelajaran aja Dio sempet-sempetnya gambar. Kalo gitu, bisa dong ya nambah jumlah halaman umtuk komik nomer selanjutnya?! Bisa ya? plis deh ya, gue memohon nih.

Halaman Adelaide Fact boleh juga tuh. Bagi gue, halaman-halaman tersebut merupakan hiburan tambahan di dalam komik terbitan gagasmedia ini. Poin plus plus gitu lah.
Sebuah komik pelajar bodoh ini sangat layak dibaca remaja bahkan orang dewasa sekalipun, terutama bagi yang sangat senang tertawa. Bukan sembarang bacaan, komik KambingJantan bisa menyihir para pembacanya menjadi penderita mules akut karena susah berhenti ketawa.

Okei, gitu aja sih dari gue. Akhir kata, gue mau bilang makasih karena Raditya Dika, Dio Rudiman, bersama dengan gagasmedia udah menghibur kami para pembaca dengan banyolan elit di komik KambingJantan Book 1.
Sukses selalu :D.

1 komentar: