Sabtu, 14 Juli 2012

A Story of Seasons


Andai satu hari setelah hari itu tidak pernah terjadi. Siang mulanya. Ingatku. Tak akan berubah himpitan, paksaan, kebetulan, takdir, yang pernah indah, buruk, sangat indah kembali. Tak akan tertukar detik tipis bermakna antara buku, hujan, pena, kereta, tawa, Jakarta dalam nostalgia dengan gemericik tidak percayaan, pergaulan bebas, pergaulan salah, pergaulan berlebihan. Buta.

Andai satu hari setelah hari itu bukan kenyataan. Bukan renggang, bukan diam, bukan kesudahan yang kekinian mewujud. Bukan derit pintu harapan, genggaman, hangat, percaya. Bukan persisnya. Bukan bundar yang tak punya tepian. Bisa jatuh.

Kamis, 12 Juli 2012

Kota Bernama Jakarta


Tercengang. Bukan isapan kisah masa kecil, bukan pula sepenggal impian manusia mana saja. Menolehkan senti demi senti wajah yang sesungguhnya ingin tetap meratap. Berpaling, menjauh seakan mencipta jarak dengan sebuah dosa, sambil mengetahui kelabu atas hati sendiri.  

Tergelatak. Terisak. Tertawa. Bernyanyi. Marah. Membentak. Terpaksa. Terlantar. Sebatang kara. Menangis. Kelaparan..

Entah malam apa yang membisik dalam-dalam, menusuk, menyentak hingga memori seakan penuh ingin tumpah. Bahkan tanpa tangkapan kamera, tersketsa kulit-kulit kusam berlumurkan keringat, bahkan tanah ibu kota. Menangis. Tertawa bohongan. Berani yang terpaksa, terjepit oleh nasib dan nasib lain. Tuhan, Kau kah ada di dada mereka?

Rabu, 04 Juli 2012

Jarak


Berjarak kemudian berbeda
Jarak tak panjang, tapi acuh
Seperti jembatan yang menyuakan
Semudah berjumpa, semudah berjabat
Sesulit meraba pola riak saat berangin
Mengapa bersama dengan teka-teki?
Mudah, karena pasti pastilah mati sebelum hidup
Lalu peduli padanya?
Mudah, mudah menipu deretan panjang zaman bumi
Terbang dulu, yang jauh, yang berjarak sungguh berjarak
Lalu lihat, selesaikah?