Jumat, 22 November 2013

Ambisi

Terburu-buru lalu tidak sempat singgah. Sekedar duduk sebentar. Menikmati secangkir hangat bersama rasa yang baru. Atau lama yang memiliki rindu. Bersama angin yang bercengkerama tanpa pernah menyakiti hati.
Biarpun bumi tidak pernah diberi kesempatan berhenti sedetik saja. Tapi dia tidak pernah juga terburu-buru. Bila terburu akan menabrak. Lalu mati.
Bila sebuah saja ingin lebih cepat, tidak juga damai akan bersama. Bukan artinya harus melambat, tapi beriring saja hingga selesai.
Berkejar itu, seperti ambisi. Meniadakan sempat untuk berteduh dan mengenali. Menabrak semesta hati yang seharusnya bersatu. Lalu manusia-manusia semakin banyak saja. Entah penting atau tidak. Tapi bumi tidak meminta, tidak juga mengejar apapun.


Senin, 18 November 2013

Hening Ramai

Tenang adalah bersama hening yang ramai
Bersama warna
Bersama peralihan

Bila tenang itu sederhana
Maka untuk apa berhala-berhala itu

Mungkin untuk menguji
Mungkin untuk beritakan
Bila mata yang ada pada tempatnya
Tidak juga masih melihat yang sama

Maka purnama, maka senja
Tetaplah datang dan pergi
Sebagai surat, tanda, dan segalanya

Bahwa sederhana adalah bahagia
Mungkin bukan sama
Dengan arti tawa

Gravitasi

Dalam gravitasi tubuh tertarik. Tidak terbang. Tidak tenggelam. 
Dalam massa yang berbeda-beda kita berbuat. Dengan rotasi cepat atau lambat, sebuah pijak akan kembali dan tidak ke mana-mana. Berada di orbit tua.  
Bicara semesta dalam gravitasi. Menarik dan menjauhkan. Hingga segala tetap pada tempatnya. Tiada kenal pergi, tiada kenal jauh. Karena jarak dan hambat ada untuk berserasi. Bersama bintangnya yang hanya sebuah.

Senin, 11 November 2013

Kupu-kupu

Kupu-kupu terbang menyapa
Secara sungguh tanpa kias
Akan ada tamu, katanya

Melintas sana sini hingga bertatap
Hingga waktu berkata sudah dan sampai jumpa

Minggu, 03 November 2013

Mawar Merah yang Mana?

Bila penjelasan memang ada, untuk apa semesta dianggap tidak beriring. Seperti kelahiran Adam dengan deskripsi evolusi.
Seperti mengelak pada kesetiaan seekor anjing dan memercayai kucing manja. Bahwa pada akirnya semua bermuara pada kejelasan.

Rabu, 30 Oktober 2013

Pasir

Pukau itu iman milikmu
Sekalipun mencuri seluruh pasir pantai adalah mustahil
Sekali itu pun aku mengerti
Bukan jerih payah untuk mengubah suatu indah

Senin, 28 Oktober 2013

Tong Sampah

Pernah separuh malam yang memanggil
Walau puncak itu entah di mana
Suara tetap tergaung lalu tergema
Menyampaikan sebuah pesan
Bahwa tampungan sudah penuh
Menenggelamkan yang cukup
Menghilangkan petunjuk
Sampai pada sebuah musim kemarau pendek
Tapi sangat panas


Kamis, 17 Oktober 2013

Payah

Batas yang terlanggar itu membuat benci satu lagi
Sudah terbagun dengan jeda hampir tiada
Lalu mau apa

Hancur itu karena maumu sendiri
Masuk menerobos dengan rasuk lama
Sesulit berupaya mencipta irama agar aku suka
Seyakin berpihak pada kisah baru

Maka hempas saja
Hempas saja lagi hingga makin buta
Maka pergi sampai kembali pada buntu
Buntu nyata yang sangkanya semu

Kamis, 26 September 2013

Mendaki Rasa

Untuk hati yang memutuskan melalui jalan pilihannya sendiri. Siapa yang tiada kagum padamu. Biar kagum itu dikelabuinya karena malu. Tapi tetap dunia paling tahu dan semua hati lain tiada sebesar jiwa merdeka.
Jalan berkelokmu sudah tercatat dengan segala cacat. Teguh dan upaya sampai aku hampir menyerah untuk menyerah. Walaupun kita berlaga, katamu, yang disoraki namun dicaci atas nama iri. Tiada akan merubah rasa jadi rapuh seluruh.
Keahlianmu, mendaki rasa berbaur logika. Ingin tercebur saja aku mendapati persimpanganmu. Ketika jalan penuh polusi dan emosi terpilih. Bukan hanya untuk habisnya, pun ubahnya juga. Ke mana nurani-nurani yang dulu bermain dengan riangnya. Andai mereka bisa menemanimu berjalan sampai selesai.

Sabtu, 21 September 2013

Peri(h)

Menderas hujan malam seperti melindungi
Diam dan tidak sendiri
Terkurung tidak bisa ke mana-mana
Terbebaskan untuk berjumpa hati

Bukan seperti saat teriak menyebalkan
Memekakkan yang di luar dan di dalam
Memekakkan yang dekat dan jauh
Memekakkan yang dikenal dan tidak

Kamis, 19 September 2013

Pulang

Menemukan kamu seperti cerita cerita yang tidak biasa
Cerita yang ditemukan dalam angan
Kamu siapa juga aku tidak tahu

Lalu cerita berlanjut menjadi lebih dari luar biasa
Hingga tersendat untuk kebaikan

Sampai pada waktu yang malu untuk beri aku
Sampai lama, lama yang harus terasa sebentar

Selasa, 17 September 2013

Sejati

Pada akhirnya sebuah penghabisan menjadi mula yang lain
Seperti memanen lalu menggali kembali dan menuai
Tidak tahu kapan akhir
Tidak tahu bagaimana

Namun persemaian menjadi alasan
Untuk menumbuhkan sebaik-baiknya
Memberi arti pada daur
Memberi kesempatan pada benih baru

Sabtu, 14 September 2013

Malam Muda

Sakit itu apa aku pun tidak tahu
Mau berdiam tapi tiada henti bingar
Mau berkisah sambil senyum biar tenang
Tahu apa ricuh itu
Bisanya mengeruhkan dan tertawa palsu

Kulihat hati tiada berdusta kecuali saat dia pun tak tahu
Membebaskan karena dirinya bebas
Lalu saat pagi aku rindu
Rindu sekali pada hati dan hati lucu itu

Suatu malam muda yang penuh cengkerama
Biarpun waktu belum beranjak dari sementara
Sudah datang hangat

Kamis, 12 September 2013

Kelana

Jelantah tidak tahu diri menyerapi fana
Entah jelantah yang kotor atau fana yang bodoh
Tapi saatnya membuka pintu rumah telah tiba
Ketika kamu mengatakan kecerobohan
Ketika kamu yang lain meninggalkan sejati
Ketika kata tidak pernah akan sama
Karena beda
Karena beda lagi dan seterusnya

Mendiam dan sendiri bersama cinta itu sudah cukup
Teguk cerita tuang berita mengenai derita dan suka
Bagaimana bisa boleh tidak sangat bahagia?
Pohon saja haruskekar berakar
Mana lagi bisu itu yang bercerita nyata tentang setia

Rabu, 11 September 2013

Rindu

Isi merindu siapa yang tahu
Bila waktu bisa pecah pisah
Bahkan ketika ruang tiada bersuara
Terselip jengah bertanya pada gelap
Ke mana
Ke mana
Ke sana lalu ke sini
Beritahu hari dan hati untuk bersenyawa saja
Beri kabar dunia semua biasa saja
Beri rindu pada pelita rupawan
Semati-matian acuh karena pedulinya
Karena yang terbaik ada di sini

Minggu, 01 September 2013

Jeda Sehasta


Kembali lahir sebuah putih sekali lagi. Tiada mungkin mungil terbentuk dari sejarah tua yang dewasa, kecuali matahari sudah kerdil. Bercerita dan bercerita, mencipta serta menjalari detik menyejarah karena bahagia harus bersama.

Lalu besok aku mau mati satu kali, untuk hidup seribu kali, sejuta kali. Sebentar lagi saat iringan hari muda terlipat, kemudian bersiap dan beterbangan jadi kupu-kupu paling berwarna.

Tidakkah waktu sudah tua untuk dimainkan mata?