Selasa, 25 Maret 2014

Duduk & Melagu

Masa pendek ketika duduk lalu melagu. Bukankah sederhana ini yang membuat rindu. Bukankah aroma waktu tengah menyengat dalam hangat, menjanjikan sekali lagi rasa hidup yang sempurna. 
Rekah bibir kala malam, kala siang. Sudah lebih dari sekedar bumbu manis juga rengkuh hangat untuk manusia. Maka waktu, cinta, cita, entah apa terjemahan yang pasti. Tapi waktu bersama rasa dan sukacita itu sudah berada. Di sini.
Bilapun waktu sudah terlalu tua, tapi ingatlah bahwa waktu tiada pernah kadaluarsa. Sedetik saja bercinta dengan kelam, tenggelam. Maka ini, di sini yang selalu berbahagia karena mengenang yang perlu. Lebih bahagia karena ingin hidup sekarang saja.
Bersama kenang yang sungguh rupawan. Menghirup udara yang akan segera terhembus. Lalu dan kini menjadi bagian pasti, yang menjadi guru paling setia dan tiada pernah pilih kasih.
Kemudian detik ini, tengah menjadi sejarah baru yang harus bahagia. Karena belajar, bahagia selalu menjadi jawaban. Dan jawaban ini, semewah waktu pendek namun banyak untuk duduk dan melagu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar