Sabtu, 22 Desember 2012

Senja Biru-Oranye

Selamat malam Tuhan Yang Baik. Tanpa aku kisahkan per kata, Kau satu-satunya yang sudah tahu. Terimakasih Tuhan untuk hidupku yang selalu penuh kejutan.

Tapi aku mau berkisah kembali, tentang aku, Engkau, dan dia. Seperti menatap langit senja kesukaanku di danau berburung dan berpohon itu Tuhan, aku merasa bersama kebenaran. Bahwa langit benar adanya, bahwa pencipta Engkau sungguhnya, dan bahwa pencinta akulah orangnya.

Tuhan, senja memang bukan kiasan untuk sebuah cerita satu ini. Senja yang bermula sejak sore, yang baru mulai kunikmati sejak surya tergelincir sehingga aku merasa keteduhan. Senja itu Tuhan, yang menyatukan aku, Engkau, dan dia. Bahwa tak habis pikirku tentang apa bedanya aku dengan dia. Dan tentang senja, senja yang sengaja Kau buat khusus untuk aku yang Kau suruh memulai fajar baru. Begitu bukan?

Maafkan Tuhan bila aku terlampau menebak-nebak. Aku hanya menaruh baik sangka pada senja indah berburung dan berpohon itu, senja dambaanku ketika aku dewasa nanti meneguk teh panas dan biskuit manis bersama seorang cinta.

Ya, benar aku pecinta. Pecinta langit fajar dan senja, kedua indah yang sebentar, teramat sebentar. Senja lebih indah bagiku karena mengistirahatkan, menimang sejenak manusia sebelum risau meresapi waktu bernama malam, menularkan pada jiwa-jiwa terkapar, tak tahu bagaimana sebongkah tubuhnya bisa berada di dunia. Dan aku, aku jiwa pecinta yang tak terkapar, yang hampir tahu bahwa dunia adalah apa, yang sudah terlanjur jatuh hati pada senja basah berangin, berburung, dan berpohon.

Melihat warna, menyimak desiran, meyakini dan meyakini bahwa Tuhan di sini dan di sana. Tuhan inilah, Tuhan yang satu, yang menjadikan senja ada dan ada kembali setelah rentang masa pendek yang sama. Kalau Tuhan dua, bagaimana? Langit rusuh dan bumi luntur. 

Senja ini, senja yang berwarna oranye biru, berdesir menenangkan. Oranyeku, birunya, sama tampaknya. Senjaku, senjanya. Senja yang sama, Tuhan. 

Maka rangkulan itu, penutup senja teduh dan pembuka senyum angkasa. Masih percaya diriku, bahwa oranye adalah oranye, dan biru adalah biru. Mereka sama-sama warna senja.

Depok, 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar